Monday, November 5, 2012

Masa Penantian

Pernyataan-kemenangan2 H Nur Alam SE menyatakan, dia bersama pasangannya Saleh Lasata (kanan) telah memenangi Pemilu Kepala Daerah Sultra 2012 berdasarkan hasil quick count Jaringan Suara Indonesia, hanya beberapa jam setelah pemungutan suara di TPS. Pasangan ini meraih 50,03%. Direktur Eksekutif JSI Widdi Aswindi (kiri) mendampingi pasangan Nusa di teras rumah pribadi Nur Alam di bilangan Wua-Wua, Kendari.[/caption]
MASApenantian adalah

ketidakpastian. Para nabi juga sering merasakan suasana gundah. Rasulullah SAW sendiri, nabi yang ditetapkan Allah SWT sebagai rahmat bagi alam semesta, tak luput dari rasa ketidakpastian gara-gara tidak segera turun wahyu berikutnya setelah Iqra Bismi Rabbika. Baru setelah surah Adhuha turun, Rasulullah SAW bersuka cita karena masa penantian telah berakhir.

Masyarakat Sulawesi Tenggara dalam seminggu ini praktis akan terombang-ambing ketidakpastian, soal siapa bakal pemenang Pemilu Kepala Daerah Sultra 2012. Komisi Pemilihan Umum Sultra baru akan menetapkan pemenang melalui rapat pleno 11 November 2012. Namun, putusan tersebut belum tentu bersifat final dan mengikat karena pasangan yang kalah pasti menggugat ke Mahkamah Konstitusi. Dalam sejarah pilkada di Indonesia, hampir tidak ada pasangan kalah, lantas meratapi kekalahan dengan mengurung diri di kamar, tanpa menggugat.


Pasangan Fauzi-Nara adalah kekecualian. Pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI masa bakti 2012-2017 itu adalah pemimpin matang dan demokrat sejati. Begitu lembaga-lembaga survei memublikasi hasil penghitungan cepat, quick count, Gubernur DKI incumbent Fauzi Bowo secara spontan mengakui kekalahannya dan mengucapkan selamat kepada Jokowi-Ahok sebagai pemenang.

Fauzi mengatakan, quick count adalah metode penghitungan cepat yang bersifat ilmiah. Metode itu adalah perkara lazim di negara-negara demokrasi. Oleh karena itu Fauzi menyatakan menerima hasil quick count sambil menunggu penghitungan resmi bersifat manual dari KPU DKI.

Pemilu Kepala Daerah Sultra tanggal 4 November 2012 berjalan lancar, tertib, dan aman. Beberapa jam setelah pencoblosan di tempat pemungutan suara, lembaga survei masing-masing pasangan calon mengumumkan hasil quick count-nya. Lembaga survei Satu Hati Comunication Service yang digunakan pasangan Buhari Matta – Amirul Tamim (BM-Amirul) menyatakan, pasangan ini memenangi Pilkada Sultra dengan meraih 47,3%, disusul Nusa (Nur Alam/Saleh Lasata) 37,6%, dan Arbae (Ridwan/Haerul Saleh) 15,1%.



[caption id="attachment_185" align="aligncenter" width="640"]Menunggu-giliran-dipanggil3 Nur Alam bersama istrinya Tina Asnawati Hasan dan sulung mereka Giona menunggu panggilan petugas untuk memberikan suara di TPS 01 Anaiwoi, Kelurahan Bende, Kendari, dalam Pemilu Kepala Daerah Sultra 2012. Kabag Humas Pemprov Sultra Drs H Kusnadi (pakai batik) ikut mendampingi Gubernur Nur Alam sekeluarga di tempat pencoblosan tersebut[/caption]
Jaringan Suara Indonesia (JSI) meneguhkan kemenangan pasangan Nur Alam/Saleh Lasata untuk melanjutkan kepemimpinan mereka sebagai gubernur dan wakil gubernur Sultra periode 2013-2018. Menurut JSI, Nusa meraih 50,03%, disusul BM-Amirul 26,73%, dan Arbae 23,24%. Lalu, Arbae ternyata juga dinyatakan memenangi pilkada ini sesuai hasil quick count lembaga survei Tim Golkar. Menurut lembaga tersebut, Arbae meraih 42,6%, disusul Nusa 34,3%, dan BM-Amirul 23,01%.1)

Nah, bukankah masyarakat Sultra makin bingung dengan hasil-hasil quick count tersebut? Suasana ketidakpastian ini akan terjawab dengan pleno KPU Sultra 11 November yang akan menetapkan pasangan pemenang Pemilu Kepada Daerah Sultra 2012. Walaupun keputusan tersebut dipastikan ditolak pasangan yang tidak rela menerima kekalahan. Hasil pleno tersebut akan digugat ke MK.

Sebetulnya, motif gugatan tersebut bisa ditebak. Pertama, karena memang ada bukti penyimpangan dalam proses penghitungan suara. Jadi sifatnya murni sengketa hasil pilkada. Motif kedua, untuk mengganggu dengan sasaran antara diadakan pemungutan suara ulang. Sasaran pokok/utama adalah menghabiskan masa jabatan Nur Alam saat proses pilkada masih berjalan. Dengan demikian Kementerian Dalam Negeri harus mengangkat seorang penjabat (caretaker). Dengan demikian, kekuatan Nur Alam diharapkan akan habis.

Nur Alam adalah tokoh muda yang kuat sedari awal. Buktinya, ia mampu mengalahkan Gubernur Sultra incumbent Ali Mazi dalam satu putaran pilkada 2007 yang dikkuti 4 pasangan calon. Kini sebagai incumbent, Nur Alam tentu lebih kuat lagi. Sebab program-programnya berhasil, gaya kepemimpinannya elegan, dermawan, cerdas, dan tentu saja dana dan sumber-sumber keuangannya juga lebih baik di banding 5 tahun lalu.

Banyak kalangan memprediksi Nur Alam bakal menang lagi dalam pilkada ini. Hasil quick count JSI hanya sekadar formulasi formal (ilmiah) dari prediksi tersebut. Pasalnya, JSI juga kepeleset ketika melakukan quick count pilkada DKI baru-baru ini. Pasangan Fauzi-Nara diunggulkan sebagai pemenang. Hasilnya, terbalik. Jokowi menang. Di banyak pilkada, quick count JSI biasanya tepat.

Faktor Widdi Aswindi membuat orang masih percaya hasil quick count JSI, dengan syarat pengumpulan dan pengolahan data dari TPS-TPS sampeling dilakukan secara jujur, cermat, dan profesional. Widdi adalah Direktur Ekesekutif JSI. Widdi-lah yang menangani quick count Nusa 5 tahun lalu dan membuat berang Gubernur Ali Mazi dan pasangan-pasangan lain peserta pikada waktu itu. Pasalnya, hanya kurang dari tiga jam setelah penghitungan suara di TPS, Widdi sudah umumkan kemenangan Nur Alam dengan perolehan suara 42,08%, Ali Mazi 38,9%, pasangan Mahmud/Yusran Silondae 9,56% dan Masie /Azhar 9,47%.



[caption id="attachment_186" align="aligncenter" width="628"]Wawancara-usai-nyoblos1 Dra Hj Tina Asnawati Hasan menyimak wawancara pers suaminya Nur Alam seusai mencoblos di salah satu TPS Kota Kendari, Minggu 4 November 2012. Ketua Tim Penggerak PKK Sultra itu ikut berkeringat dalam pembangunan daerah, antara lain memasyarakatkan pemakaian tenunan tradisional Sultra hingga ke mancanegara.[/caption]
Ali Mazi ketika itu makin terpukul setelah KPU Sultra melalui rapat pleno menetapkan Nur Alam/Saleh Lasata sebagai pemenang sesuai hasil rekapitulasi penghitungan suara secara manual. Hasil pleno KPU Sultra hanya selisih nol koma sekian persen dari quick count versi Widdi yang ketika itu menggunakan bendera Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Yaitu 42,78% untuk pasangan Nusa, dan Ali Mazi 39,34%. Gugatan hasil rapat pleno KPU Sultra ditolak juga oleh MA.

Margin eror quick count JSI kali ini disebutkan hanya plus-minus 1%. Menurut JSI, Nusa menang di delapan kabupaten/kota. Daerah pemilihan (Dapil) Muna/Buton Utara milik Arbae dan Dapil Kolaka/Kolaka Utara bagi BM-Amirul. Nusa kalah tipis di empat kabupaten itu. Masyarakat Sultra disarankan bersabar menunggu hasil pengitungan resmi KPU, dan putusan MK bila memang ada di antara pasangan kalah yang menggugat. ***

1) Rapat pleno Komisi Pemilihan Umum Pusat tanggal 11 November menetapkan pasangan Nusa sebagai pemenang Pemilu Kapala Daerah Sultra 2012  dengan perolehan suara 522.807 (49,3%), di urutan kedua BM-Amirul 295.234 (27,8%) dan Arbae di urutan ketiga 242.357 (22,9%). KPU Sultra dibekukan Komisi Etik Pilkada Pusat karena dinilai melakukan penyimapnagn etika. Oleh karena itu tugas dan tanggungjawab KPU Sultra diambil alih KPU Pusat

Wednesday, October 31, 2012

Dua Titik Episentrum

Dukung-Bapak Ketiga putra-putri Gubernur Nur Alam naik moge (motor gede) untuk menghadiri kampanye Nusa 2 di Lapangan Benu-Benua tanggal 28 Oktober 2012. Arah jarum jam Giona (sulung, studi di Singapura), Eno (bungsu), dan Muhammad Radhan.[/caption]
EPISENTRUM adalah pusat gempa. Konsentrasi ribuan massa dengan semangat menyala-nyala mendukung figur yang dijagokan menjadi pemimpin, boleh juga dianalogikan sebagai episentrum. Massa tersebut berpotensi menciptakan kekuatan dahsyat yang menggetarkan sehingga dapat makin memantapkan, atau mengubah sikap dan pandangan seseorang terhadap figur yang dijagokan itu.

Selama masa kampanye pemilihan kepala daerah (gubernur) Sulawesi Tenggara (17 s/d 30 Oktober 2012), semua pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Sultra masa bakti 2013-2018 berusaha menciptakan titik-titik episentrum itu. Tiga pasangan calon yang dipilih rakyat Sultra pada tanggal 4 November 2012 adalah Buhari Matta/Amirul Tamim (Nomor urut 1), Nur Alam/Saleh Lasata (Nomor urut 2), dan Ridwan Bae/Haerul Saleh (Nomor urut 3).

Nomor urut 1 adalah kepala daerah aktif. Buhari masih menjabat Bupati Kolaka, sementara Amirul adalah Walikota Bau-Bau. Adapun Ridwan, dia juga mantan Bupati Muna dua periode. Sedangkan pasangannya adalah pengusaha muda dari Kolaka.

Gubernur incumbent H Nur Alam SE (45) dan pasangannya Wakil Gubernur incumbent HM Saleh Lasata memanfaatkan betul momentum kampanye tersebut untuk melakukan semacam klarifikasi dan konfirmasi langsung kepada masyarakat apakah program pembangunan selama kepemimpinan mereka telah dirasakan manfaatnya atau belum. Dari semua arena kampanye pasangan Nur Alam dan Saleh Lasata dengan akronim Nusa, terlihat antusiasme masyarakat sangat tinggi. Gelanggang kampanye senantiasa dipadati pengunjung. Namun, ada dua lokasi kampanye yang tercatat sebagai titik episentrum paling panas dan menggelegar, yaitu gelanggang kampanye akbar di Kolaka dan Kota Bau-Bau.



[caption id="attachment_173" align="aligncenter" width="640"]Lemparkan-baju Episentrum Bau-Bau. Nur Alam buka baju kemudian dilemparkan ke arah massa yang menyemut di Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, saat kampanye 29 Oktober 2012.[/caption]
Pengunjung kampanye di Kolaka tanggal 22 Oktober mencapai puluhan ribu orang. Lapangan ‘19 November‘ yang menjadi titik episentrum terasa seperti terapung oleh pekikan membahana dari massa pendukung Nusa. Pada radius sekitar 500 meter dari titik episentrum itu, semua kendaraan mentok. Sulit bergerak maju. Di kawasan itu lalu lintas praktis macet total. Padahal, masih banyak masyarakat yang ingin mendekat ke titik episentrum. Pasalnya, selain ingin mendengarkan orasi Nur Alam, kelompok musik (band) terkenal d’Massiv dari Ibukota juga mampu menyihir para penggemarnya di kota tersebut. Harap maklum, Nur Alam dikenal sebagai orator yang cerdas, kaya dengan kata-kata dan ungkapan saat berpidato. Kemahiran berpidato merupakan salah satu daya tariknya sehingga dia mampu mengalahkan Gubernur Sultra incumbent Ali Mazi SH dalam satu putaran pilkada tahun 2007.

Episentrum Bau-Bau tak kalah heboh. Episentrum itu menggelegar dan mengguncang kota pelabuhan Kesultanan Buton di masa lalu itu. Pengunjung memang tidak sebanyak massa di episentrum Kolaka, namun lapangan Lembah Hijau Bau-Bau tanggal 29 Oktober terasa mengapung di atas pekikan dan yel-yel para juru kampanye Nusa dan pasangan calon Walikota serta calon Wakil Walikota Bau-Bau AM Tamrin dan Wa Ode Maasara (Tampil Mesra). Kehadiran d’Massiv dengan vokalisnya yang terkenal Ryan membuat massa makin histeris. Bau-Bau terasa seperti melayang-layang.



[caption id="attachment_174" align="aligncenter" width="640"]Giona, anak sulung pasangan Nur Alam – Tina ikut berjoget bersama ayah di panggung kampanye Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, disaksikan antara lain Saiode (paling kanan,pakai topi merah), mantan Bupati Buton dua periode. Giona, anak sulung pasangan Nur Alam – Tina ikut berjoget bersama ayah di panggung kampanye Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, disaksikan antara lain Saiode (paling kanan,pakai topi merah), mantan Bupati Buton dua periode.[/caption]
Pilkada Sultra 2012 dilaksanakan serentak dengan pemilihan Walikota Bau-Bau masa bakti 2013-2018. Pasangan Tampil Mesra berada satu kubu dengan pasangan Nusa. Nomor urut mereka juga kebetulan sama: No 2.

Tamrin adalah pensiunan pejabat eselon I Badan Pertanahan Nasional Pusat, Jakarta. Sedangkan Maasara adalah mantan Ketua DPRD Kota Bau-Bau. Politisi dari PBB ini merupakan anak bungsu Drs H La Ode Manarfa, salah satu putra Sultan Buton terakhir La Ode Muhammad Falihi.

Keistimewaan kedua episentrum itu adalah kehadiran tokoh-tokoh kharismatik setempat. Di Kolaka tampil antara lain mantan Bupati Adel Berty, mantan anggota DPR-RI Mustika Rahim. Mereka ikut berorasi, mengajak para pendukung dan simpatisan mereka untuk mencoblos Nomor 2, Nusa. Tampak juga pengcara kondang Jakarta, Farhat Abbas. Dia pulang kampung untuk hadir di arena kampanye pasangan Nusa.

Di Bau-Bau tampil juga mantan Bupati Buton dua periode Saidoe dan para sesepuh Kraton Buton. Tampil pula dr Izat Manarfa, kakak kandung Wa Ode Maasara. Lebih heboh lagi karena ikut pula berorasi mantan Panglima Integrasi Timor Timur Eurico Guterres yang juga dijuluki simbol NKRI. Guterres adalah fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional.

Keistimewan lain, kedua episentrum ini adalah kandang lawan atau pesaing. Nur Alam menunjukkan kekuatannya mampu menyedot massa di sarang pesaingnya. Pesaing yang tidak bisa dianggap sepele oleh Nusa adalah pasangan Buhari/Amirul. Buhari masih menjabat sebagai Bupati Kolaka, sedangkan Amirul Tamim adalah Walikota Bau-Bau.

Kekuatan lain yang menopang suksesnya pasangan Nusa menggelar kampanye bermartabat di Pilkada Sultra 2012 adalah posisinya yang berstatus petahana (incumbent). Dia memang tidak menggunakan fasilitas negara, namun secara psikologis masyarakat Sultra tetap memandangnya memiliki banyak kelebihan karena dia adalah pejabat tertinggi di Sultra saat ini. Popularitas, gaya kepemimpinan egalitarian, tokoh yang dikenal dermawan, keberhasilan program pembangunan telah menciptakan kehangatan dan kedekatan figur Nur Alam dengan masyarakat.

Kampanye pasangan Nusa juga didukung sarana dan fasilitas yang lebih baik. Untuk mencapai titik-titik lokasi kampanye, Nusa dan jurkamnya menggunakan dua pesawat helikopter. Satu di antaranya merupakan heli berkelas dengan kapasitas kursi enam penumpang di luar pilot dan co-pilot. Kampanye Nusa juga diperkuat para artis cantik Ibukota. Mereka tampil menghibur masyarakat di setiap titik lokasi kampanye Nusa.

Salah satu atraksi kampanye yang membuat orang berdecak kagum adalah kampanye akbar di Kota Kendari. Ketika Nur Alam tampil berorasi, tercatat enam kali helikopter tipe BO-105 yang dipiloti Herman terbang melintas di atas Lapangan Benu-Benua memuntahkan ribuan stiker.

Kampanye di Benu-benua perlu diberi catatan tersendiri. Publik sebetulnya berharap Lapangan Benu-Benua akan menjadi episentrum paling panas dan spektakuler dari dari dua titik episentrum tadi. Pasalnya, lima tahun lalu tatkala Nur Alam masih sebagai penantang dalam Pilkada, Kota Kendari macet total alias lumpuh ketika ia menggelar kampanye akbar. Tidak ada calon lain termasuk Gubernur incumbent Ali Mazi yang mampu menyaingi kampanye akbar Nusa Jilid I tersebut.

Akan tetapi, kampanye Nusa II yang digelar tanggal 28 Oktober pengunjung tidak sepadat lima tahun lalu. Tampak sudut-sudut lapangan masih sangat longgar. Massa kiriman tiga kabupaten sekitar Kendari tampak kurang banyak. Keadaan itu patut dipertanyakan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab. Kurang apa Nur Alam menyiapkan logistik dan segala sesuatunya?

Thursday, October 25, 2012

Jalan Poros Kabaena

MASYARAKAT Pulau Kabaena kini boleh merasa sedikit lega. Pasalnya, jalan poros yang membelah pulau itu telah diperbaiki dan dilebarkan hingga mencapai 20 meter. Keadaan itu memudahkan terjadinya mobilitas sosial. Namun, keberadaan prasarana jalan tersebut justru menjadi tantangan bagi masyarakat setempat. Mereka dituntut untuk menciptakan produksi yang melimpah sehingga kehadiran jalan raya tersebut memiliki arti ekonomi.



[caption id="attachment_169" align="aligncenter" width="640"]Jalan-Poros-Kabaena-dikerjakan-PT-Billy Jalan poros Kabaena dilebarkan. Pekerjaan itu merupakan bantuan PT Billy Indonesia kepada penduduk pulau itu. PT Billy adalah salah satu perusahaan yang beroperasi menambang nikel di Kabaena[/caption]
Kesulitan transportasi adalah masalah kronis bagi penduduk Kabaena. Selama pemerintahan Orde Baru yang berlimpahan dana pembangunan, kemudian di era reformasi hampir dua windu terakhir, masalah utama tersebut nyaris tak tersentuh.

       Ketika masih menjadi wilayah administrasi Kabupaten Buton, Kabaena hanya sesekali mendapatkan anggaran dari APBD Provinsi untuk penanganan prasarana jalan. Di masa jabatan Gubernur Ir H Alala pernah sekali dialokasikan untuk sekadar membentuk kembali badan jalan peninggalan Belanda itu. Lalu, di era La Ode Kaimoeddin terjadi dua kali penganggaran, yaitu di awal masa jabatan pertama dan di akhir masa jabatan kedua. Sasarannya sama, memelihara badan jalan. Walaupun badan jalan tersebut segera lenyap dibawa aliran air (runoff) begitu musim hujan tiba. Kesulitan transportasi kembali melumpuhkan mobilitas warga.

       Kini muncul harapan baru, kesengsaraan berkepanjangan bakal berakhir. Isyarat tersebut ditandai usaha perbaikan sekaligus pelebaran badan jalan. PT Billy Indonesia, salah satu perusahaan tambang nikel yang beroperasi di pulau itu dinilai masyarakat setempat sangat telaten mengerjakan jalan poros  di Kabaena. Bukit dan tebing digusur untuk melebarkan bahu jalan. Sebagian besar alat berat PT Billy dikerahkan untuk pekerjaan tersebut.

       Sayang sekali perusahaan itu tidak memiliki alat pemadat roda besi untuk memadatkan permukaan jalan sehingga tidak mudah tergerus air hujan. Pasalnya, PT Billy bukan kontraktor pembangunan jalan. Semua alat berat yang dimilikinya hanya untuk  membongkar dan mengeruk tanah nikel. Namun demikian, mereka dinilai bekerja secara serius dan profesional.

Panjang jalan poros Kabaena kurang lebih 100 km, tidak termasuk ruas yang menghubungkan beberapa desa di lereng Gunung Sangia Wita dan G. Watu Sangia sepanjang 22 km, serta jalan akses desa-desa eks-proyek permukiman transmigran di daerah pantai utara. PT Billy menangnai sekitar 64 km, selebihnya dikerjakan perusahaan (tambang) lain.

Perhatian PT Billy terhadap warga pulau tersebut harus diapresiasi. Kecuali pembangunan jalan poros yang menjadi urat nadi transportasi seluruh warga pulau, PT Billy juga membantu warga sekitar tambang terkait kebutuhan dasar seperti air bersih, jalan lingkungan, dan sebagainya. Bantuan tersebut jangan kaitkan dengan banyaknya produksi nikel yang telah, sedang, dan akan diekspor PT Billy dari pulau itu. Bijih nikel yang dikandung perut bumi Kabaena adalah milik negara. Aset itu ditambang setelah suatu perusahaan memenuhi kewajibannya kepada negara. Jadi tidak diambil begitu saja.

       Adapun perhatian dan bantuan kepada warga sekitar, itu adalah sebuah komitmen dan tanggung jawab sosial. Tujuannya adalah merangsang masyarakat untuk bergiat membangun dirinya dengan cara memanfaatkan potensi ekonomi yang melimpah di sekitarnya. Salah satu potensi itu adalah hamparan lahan pertanian yang masih sangat luas. Sementara lahan yang terolah (menghasilkan) masih sangat minim.

       Tujuan pembangunan jalan poros Kabaena bukan sekadar untuk memudahkan penduduk melakukan mobilitas sosial. Akan tetapi yang lebih penting adalah dengan pembangunan jalan poros itu diharapkan dapat mendorong dan membangkitkan semangat kerja keras penduduk Kabaena agar mampu menghasilkan komoditas pertanian secara besar-besaran, untuk diangkut melalui jalan poros itu.

       Perkembangan kondisi jalan poros Kabaena seperti yang terlihat sekarang, bagi saya justru memunculkan sebuah situasi yang paradoksal. Sarana kemudahan (infrastruktur) telah tersedia, namun kondisi sosial ekonomi penduduk setempat masih memprihatinkan. Di sisi lain, lahan pertanian yang belum terjamah di sekitar penduduk, terbentang cukup luas. Lahan itu dijamin bisa mendatangkan kemakmuran jika diolah dan ditanami jenis tanaman yang cocok. Boleh jadi penduduk Kabaena terkendala banyak hambatan sehingga selama ini mereka tidak mampu mengolah lahan pertanian secara maksimal. Hambatan itu perlu dikaji dan diberi solusi oleh pihak-pihak yang peduli, termasuk pemerintah.

       Elite masyarakat Kabaena sudah saatnya turun gunung memberi motivasi dan arahan warganya untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Pemerintah pun harus diberi masukan, jangan cuma pandai mengeritik apalagi menjelek-jelekkan. Momentumnya adalah pembangunan jalan poros yang telah dirintis PT Billy sejak tahun 2010 atas permintaan Gubernur Sulawesi Tenggara Haji Nur Alam SE. Pembangunan itu pasti akan dilanjutkan dengan pengerasan (lapisan sirtu/aspal) sehingga kondisinya akan semakin mantap. Pekerjaan lanjutan tersebut adalah tugas pemerintah. Namun, cepat tidaknya pemerintah menindaklanjutinya, akan sangat tergantung respons masyarakat. Jika masyarakat segera memperlihatkan aktivitasnya meningkatkan produksi dan produktivitasnya, maka pemerintah bisa segera mengaspal jalan poros itu.

Thursday, August 30, 2012

Gubernur Sulawesi Tengggara Nur Alam ‘Berpamitan’

Gubernur Sulawesi Tenggara Nur Alam



KETIKA menghadiri acara halal bil halal di berbagai tempat di Sulawesi Tenggara dan terakhir di Jakarta Minggu 9 September 2012, Gubernur Nur Alam menyatakan ‘berpamitan’ kepada rakyat Sultra sehubungan akan berakhirnya masa jabatannya pada tanggal 18 Februari 2013.


Namun, Nur Alam juga menyatakan telah memutuskan mencalonkan diri kembali untuk dipilih lagi sebagai Gubernur Sultra periode berikutnya. Keputusan yang diambil itu disebutnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pasangannya adalah Saleh Lasata pula. Mereka tetap menggunakan akronim Nusa. Pemilihan Gubenur Sultra 2013-2018 akan digelar 4 November 2012.


Suasana halal bi halal di Jakarta lebih nyaman, lebih berkilau, dan elite karena digelar di Ballroom Utama Gran Melia, hotel berbintang enam, di daerah Kuningan. Sekitar 700 warga asal Sultra di Jakarta dan sekitarnya tampak menikmati suasana silaturahim tersebut. Hadir juga mantan Rektor Universitas Haluoleo Mahmud Hamundu. “Masih banyak juga undangan tidak hadir, di antaranya mantan Gubernur Ali Mazi SH, Wakil Ketua DPD-RI Laode Ida, anggota DPR Oheo, Umar Arsal”, kata mantan Kepala Kantor Penghubung Pemprov Sultra di Jakarta, Muhammad Zayat Kaimuddin yang telah menempati posnya yang baru sebagai Kepala Biro Organisasi dan Tata Laksana (Ortala) Sekretariat Kantor Gubernur Sultra.


Halal bi halal sulawesi tenggara di Gran MeliaLa Ode Djeni Hasmar mengungkapkan kritikan kalangan tertentu terkait pelaksanaan halal bi halal saat menyampaikan sambutannya. Menurut Ketua Kerukunan Masyarakat Sulawesi Tenggara Jakarta tersebut, mereka menuduh acara tersebut sarat rekayasa politik. Padahal, acara halal bi halal sebagai forum silaturahim telah menjadi tradisi masyarakat asal Sultra di Jakarta sejak mendiang Ir H Alala menjabat Gubernur Sultra.


Gubernur Nur Alam kemudian minta tokoh pemekaran tersebut tidak risau dengan prasangka buruk seperti itu. “Kitab suci mengajarkan, orang berprasangka buruk belum tentu lebih baik dari kita”, ujarnya. Pandangan Nur Alam terebut merujuk firman Allah dalam Al Qur’an, surah Al Hujurat.


Selanjutnya ia berkata, “Saya bersama Pak Saleh Lasata pada kesempatan ini ingin berpamitan kepada semua masyarakat Sultra di Jakarta dan sekitarnya. Tak terasa kini sudah tiba di penghujung masa pengabdian kami melaksanakan amanah rakyat Sultra. Amanah ini hanya titipan sementara, tidak ada yang abadi di dunia ini”.


Ia mengemukakan, kemajuan yang dicapai selama masa bakti itu merupakan hasil kerja keras seluruh masyarakat Sultra. “Kalau ada kekurangan, maka sayalah dan Pak Saleh Lasata yang harus menerimanya sebagai pertanggungjawaban kami kepada Allah Swt di hari kemudian kelak”.


Sebagaimana isi pidato halal bi halal di berbagai tempat sebelumnya, pembangunan sumber daya manusia yang bertumpu pada program pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis serta pembangunan pedesaan melalui penyediaan dana segar berupa block grant merupakan tema sentral uraian gubernur di depan masyarakat Sultra yang mnghadiri acara halal bi halal di Hotel Gran Melia, 9 September 2012.


Menurut Gubernur Nur Alam, berbagai peningkatan ekonomi secara makro terkonfirmasi dengan baik. Angka kemiskinan, misalnya, jika semula tercatat 22 persen, maka kini tinggal 13 persen. Selanjutnya pertumbuhan ekonomi saat ini mencapai 10,10 persen dari 7,1 persen. Dengan demikian, Sultra masuk dalam lima besar provinsi di Indonesia tertinggi pertumbuhan ekonominya.


Indikator empiris juga dikatakan terkonfirmasi dengan baik. Semisal pembelian kendaraan bermotor roda dua dan roda empat oleh masyarakat Sultra meningkat 60 persen setiap tahun. Kebutuhan semen pun cenderung meningkat sekitar 60 persen setahun. Indikator ini menunjukkan peningkatan kemakmuran dan kualitas hidup masyarakat.

Monday, August 27, 2012

Dibutuhkan Pemimpin Berintegritas Untuk Sulawesi Tengggara

Obsesi Nur Alam adalah menyatu dengan dan atau  mempersatukan rakyat Sulawesi Tenggara yang beragam etnis, budaya, dan kondisi geografi.


Seremoni dan perayaan hari ulang tahun (HUT) provinsi yang sejak awal selalu dipusatkan di Kendari (ibu kota provinsi) dialihkan secara bergilir ke kota-kota kabupaten. Gubernur Sulawesi Tenggara itu juga selalu hadir di kota-kota tersebut pada setiap Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha untuk berperan sebagai khatib shalat-shalat tersebut.Nur Alam Bicara

Pada Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1433 H/19 Agustus 2012 M, Gubernur Sulawesi Tenggara periode 2008-2013 itu berkhutbah di Masjid Raya Unaaha, Kabupaten Konawe. Ada seribuan umat Islam tumpah hingga meluap ke halaman masjid megah itu. Pembangunan masjid ini dirintis di era mendiang Ir H Alala sebagai Gubernur Sultra.

       Melalui khutbahnya berjudul Cahaya Ramadhan Menuntun Melestarikan Kemenangan,    Nur Alam mengajak umat Islam untuk melestarikan kemenangan yang telah diraih dalam bulan suci Ramadhan, antara lain kemenangan memperoleh rahmat dan ampunan dosa dari Allah Swt, kemenangan mengendalikan hawa nafsu, dan kemenangan mendapatkan berbagai kebajikan lainnya. “Ujian dan tantangan terhadap kemenangan tersebut, akan terasa dan terlihat pada pasca Ramadhan”, ujar Gubernur Sultra mengingatkan.

        Tema khutbah tersebut sebetulnya mengisyaratkan sebuah motivasi untuk meluaskan pandangan dan cakrawala berpikir umat Islam dan rakyat Sultra umumnya agar secara jujur melihat dan menghargai berbagai kemenangan dalam pelaksanaan pembangunan selama ini. Prestasi tersebut pada hakikatnya adalah kebajikan dan kesalehan sosial yang memberi makna keberagamaan kita.

       Nur Alam juga berbicara soal syarat atau kriteria pemimpin yang mampu mengantarkan rakyat Sultra mencapai kondisi sejahtera dan tercerahkan. Ini tujuan pembangunan yang harus diwujudkan. Untuk mewujudkan itu, katanya, dibutuhkan sosok pemimpin yang memiliki integritas, visioner, cerdas, energik, tegas, kreatif, bijaksana, memiliki jaringan kerja yang luas serta berwawasan keagamaan. Selain itu dia juga harus mengenal negerinya dan juga dirinya sendiri.

       Menutup khutbahnya Nur Alam memanjatkan untaian doa kepada Allah Swt, antara lain: “Allahumma ya Rahman, curahkan rahmat-Mu kepada segenap warga masyarakat Sultra agar mereka senantiasa hidup dalam kedamaian, sejahtera, bahagia lahir batin dan pandai bersyukur”.

       Di Kota Unaaha sehari sebelumnya, Gubernur Nur Alam menutup Safari Ramadhan 1433 H/2012 M. Berbaju kaos biru kombinasi celana krem, Gubernur Sultra itu disambut 2.000-an unit angkutan ojek (sepeda motor) yang berkonvoi melalui rute jalan sekitar satu kilometer hingga ke rumah adat Tolaki di Arombu

Saturday, August 25, 2012

Gubernur Nur Alam Masih Kuat

Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra) incumbent Nur Alam terkesan masih kuat untuk dapat memenangi pemilihan Gubernur Sultra yang akan digelar sekitar awal November 2012. Kurang lebih 20.000 massa pendukung dengan berkendaraan roda dua dan roda empat, Kamis (30 Agustus 2012)  mengantar dan mengawal Nur Alam bersama Brigjen (Purn) H Saleh Lasata ke kantor




[caption id="attachment_6" align="alignleft" width="300"]Gubernur Sultra Nur Alam Gubernur Sulawesi Tengggara Nur Alam SE MSi[/caption]

Komisi Pemilihan Umum Daerah guna mendaftarkan diri sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur 2013-2018.


Sebelum ke kantor KPU pasangan Nur Alam dan Saleh Lasata dengan akronim Nusa, menghadiri deklarasi yang digelar di pelataran komplek arena MTQ Nasional XXI Tahun 2007 di Kota Kendari. Deklarasi itu dilaksanakan 18 partai koalisi sebagai pengusung Nusa, disaksikan


Ketua Umum DPP Partai Amanat Nasional/Menko Perekonomian  Hatta Radjasa, Ketua DPP Zulkifli Hasan yang juga Menteri Kehutanan Kabinet Indonesia Bersatu II, serta perwakilan partai-partai anggota koalisi.




[caption id="attachment_9" align="alignright" width="300"] Nur Alam didampingi Ketum DPP PAN Hatta Radjasa saat deklarasi dalam rangka pencalonannya kembali sebagai Gubernur Sultra periode 2013-2018 di Kendari, Kamis 30 Agustus 2012. Saleh Lasata yang juga sebagai calon wakil gubernur di kanan Hatta Radjasa. Paling kiri adalah Menhut/Ketua DPP PAN Zulkifli Hasan[/caption]

Dalam suasana gegap gempita itu hadir pula kader-kader partai koalisi yang sedang menduduki jabatan politik seperti Bupati Wakatobi Hugua (Ketua DPD PDIP Sultra), Bupati Bombana Tafdil (Ketua DPD PAN Bombana), Walikota Kendari (Ketua DPD PAN Kota Kendari), Bupati Konsel Imran (mantan Ketua DPD Partai Demokrat Sultra), Bupati Buton Utara Ridwan Zakariah (Ketua DPD PAN Buton Utara), Bupati Butoon Umar Samiun (Ketua DPD PAN Kabupaten Buton).


Koalisi pengusung Nusa terdiri atas 8 partai yang memiliki kursi di DPRD Sultra, yaitu PAN (7 kursi), Partai Demokrat (7), Partai Keadilan Sejahtera (5), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (2), PBB (2), PKB (2), Gerindra (1), PKPI (1). Anggota koalisi lainnya meliputi 11 partai non-kursi di DPRD Sultra dengan total 14,9 persen  dari 45 kursi di DPRD Sultra. Tanpa koalisi pun Nusa sebetulnya sudah lolos sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur karena partai pengusung utama, PAN telah mencapai 15 persen dari 45 kursi di DPRD Sultra. Nur Alam adalah Ketua DPW PAN Sultra.


Alasan Nur Alam menggandeng banyak partai menuju “Sultra 01” adalah dalam rangka membangun sinergi dan kebersamaan di antara elite lokal dan nasional untuk membangun Sultra. Dikatakan oleh Nur Alam, untuk membangun daerah tidak cukup hanya dengan kader-kader partai tertentu tetapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat.


Figur Nur Alam (45), terbukti masih memiliki daya tarik yang kuat. Lapangan terbuka komplek MTQ XXI 2007 segera menjadi lautan biru putih begitu Nur Alam bersama Menko Hatta Radjasa menaiki panggung deklarasi. Yel-yel ‘lanjutkan’ terus membahana untuk menjawab teriakan, Nusa!


Tokoh ini juga pernah membuat Kota Kendari lumpuh total ketika melakukan kampanye penutup pada pilkada yang mengantarkannya menjadi Gubernur Sultra periode sekarang ini (2008-2013). Kampanye dalam bentuk rapat umum (waktu itu) digelar di lapangan Benu-Benua. Lautan manusia yang memadati lapangan tersebut memaksa warga kota yang lain harus berjalan kaki karena angkutan umum parktis lumpuh, tidak bisa bergerak sampai kampanye tersebut selesai menjelang magrib.


Alhasil, pilkada tersebut berpihak pada Nur Alam bersama pasangannya Saleh Lasata. Mereka mengalahkan Gubernur (incumbent) Ali Mazi SH yang berpasangan dengan Abdul Samad (Azimad). Pilgub 2007 diikuti empat pasangan. Adapun pilgub 2012 ini besar kemungkinan hanya diikutiu tiga pasangan. Dua pasangan yang lain adalah Buhari Matta/Amirul Tamim dan Ridwan/Chaerul Saleh. Buhari/Amril diusung PPP dan beberapa partai lain. Sedangkan Ridwan/Chaerul didukung Partai Golkar.


Mantan Gubernur Sultra (2003-2008) Ali Mazi juga terlihat berupaya untuk ikut pilgub lagi tahun ini. Namun, boleh jadi dia terganjal kendaraan politik yang telah terbagi habis ke ketiga pasangan tadi.


Soal siapa bakal pemenang dalam pilkada Gubernur Sultra 2012 ini, hanya Allah Swt yang tahu. Manusia hanya bisa melihat indikator dan gejala aspirasi yang bergerak dinamis. Indikator itu seperti dikatakan Hatta Radjasa ketika bericara atas nama partai koalisi pengusung Nusa adalah, “Kita dukung Nusa karena mereka terbukti berhasil membangun Sultra. Pertumbuhan ekonomi Sultra pada tahun 2012 ini, misalnya, mencapai di atas 10 persen. Jauh di atas pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di level 6 persen lebih. Alasan lain: Mereka jujur, adil, dan mencintai rakyat yang mereka pimpin”.