Wednesday, October 31, 2012

Dua Titik Episentrum

Dukung-Bapak Ketiga putra-putri Gubernur Nur Alam naik moge (motor gede) untuk menghadiri kampanye Nusa 2 di Lapangan Benu-Benua tanggal 28 Oktober 2012. Arah jarum jam Giona (sulung, studi di Singapura), Eno (bungsu), dan Muhammad Radhan.[/caption]
EPISENTRUM adalah pusat gempa. Konsentrasi ribuan massa dengan semangat menyala-nyala mendukung figur yang dijagokan menjadi pemimpin, boleh juga dianalogikan sebagai episentrum. Massa tersebut berpotensi menciptakan kekuatan dahsyat yang menggetarkan sehingga dapat makin memantapkan, atau mengubah sikap dan pandangan seseorang terhadap figur yang dijagokan itu.

Selama masa kampanye pemilihan kepala daerah (gubernur) Sulawesi Tenggara (17 s/d 30 Oktober 2012), semua pasangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Sultra masa bakti 2013-2018 berusaha menciptakan titik-titik episentrum itu. Tiga pasangan calon yang dipilih rakyat Sultra pada tanggal 4 November 2012 adalah Buhari Matta/Amirul Tamim (Nomor urut 1), Nur Alam/Saleh Lasata (Nomor urut 2), dan Ridwan Bae/Haerul Saleh (Nomor urut 3).

Nomor urut 1 adalah kepala daerah aktif. Buhari masih menjabat Bupati Kolaka, sementara Amirul adalah Walikota Bau-Bau. Adapun Ridwan, dia juga mantan Bupati Muna dua periode. Sedangkan pasangannya adalah pengusaha muda dari Kolaka.

Gubernur incumbent H Nur Alam SE (45) dan pasangannya Wakil Gubernur incumbent HM Saleh Lasata memanfaatkan betul momentum kampanye tersebut untuk melakukan semacam klarifikasi dan konfirmasi langsung kepada masyarakat apakah program pembangunan selama kepemimpinan mereka telah dirasakan manfaatnya atau belum. Dari semua arena kampanye pasangan Nur Alam dan Saleh Lasata dengan akronim Nusa, terlihat antusiasme masyarakat sangat tinggi. Gelanggang kampanye senantiasa dipadati pengunjung. Namun, ada dua lokasi kampanye yang tercatat sebagai titik episentrum paling panas dan menggelegar, yaitu gelanggang kampanye akbar di Kolaka dan Kota Bau-Bau.



[caption id="attachment_173" align="aligncenter" width="640"]Lemparkan-baju Episentrum Bau-Bau. Nur Alam buka baju kemudian dilemparkan ke arah massa yang menyemut di Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, saat kampanye 29 Oktober 2012.[/caption]
Pengunjung kampanye di Kolaka tanggal 22 Oktober mencapai puluhan ribu orang. Lapangan ‘19 November‘ yang menjadi titik episentrum terasa seperti terapung oleh pekikan membahana dari massa pendukung Nusa. Pada radius sekitar 500 meter dari titik episentrum itu, semua kendaraan mentok. Sulit bergerak maju. Di kawasan itu lalu lintas praktis macet total. Padahal, masih banyak masyarakat yang ingin mendekat ke titik episentrum. Pasalnya, selain ingin mendengarkan orasi Nur Alam, kelompok musik (band) terkenal d’Massiv dari Ibukota juga mampu menyihir para penggemarnya di kota tersebut. Harap maklum, Nur Alam dikenal sebagai orator yang cerdas, kaya dengan kata-kata dan ungkapan saat berpidato. Kemahiran berpidato merupakan salah satu daya tariknya sehingga dia mampu mengalahkan Gubernur Sultra incumbent Ali Mazi SH dalam satu putaran pilkada tahun 2007.

Episentrum Bau-Bau tak kalah heboh. Episentrum itu menggelegar dan mengguncang kota pelabuhan Kesultanan Buton di masa lalu itu. Pengunjung memang tidak sebanyak massa di episentrum Kolaka, namun lapangan Lembah Hijau Bau-Bau tanggal 29 Oktober terasa mengapung di atas pekikan dan yel-yel para juru kampanye Nusa dan pasangan calon Walikota serta calon Wakil Walikota Bau-Bau AM Tamrin dan Wa Ode Maasara (Tampil Mesra). Kehadiran d’Massiv dengan vokalisnya yang terkenal Ryan membuat massa makin histeris. Bau-Bau terasa seperti melayang-layang.



[caption id="attachment_174" align="aligncenter" width="640"]Giona, anak sulung pasangan Nur Alam – Tina ikut berjoget bersama ayah di panggung kampanye Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, disaksikan antara lain Saiode (paling kanan,pakai topi merah), mantan Bupati Buton dua periode. Giona, anak sulung pasangan Nur Alam – Tina ikut berjoget bersama ayah di panggung kampanye Lapangan Lembah Hijau Bau-Bau, disaksikan antara lain Saiode (paling kanan,pakai topi merah), mantan Bupati Buton dua periode.[/caption]
Pilkada Sultra 2012 dilaksanakan serentak dengan pemilihan Walikota Bau-Bau masa bakti 2013-2018. Pasangan Tampil Mesra berada satu kubu dengan pasangan Nusa. Nomor urut mereka juga kebetulan sama: No 2.

Tamrin adalah pensiunan pejabat eselon I Badan Pertanahan Nasional Pusat, Jakarta. Sedangkan Maasara adalah mantan Ketua DPRD Kota Bau-Bau. Politisi dari PBB ini merupakan anak bungsu Drs H La Ode Manarfa, salah satu putra Sultan Buton terakhir La Ode Muhammad Falihi.

Keistimewaan kedua episentrum itu adalah kehadiran tokoh-tokoh kharismatik setempat. Di Kolaka tampil antara lain mantan Bupati Adel Berty, mantan anggota DPR-RI Mustika Rahim. Mereka ikut berorasi, mengajak para pendukung dan simpatisan mereka untuk mencoblos Nomor 2, Nusa. Tampak juga pengcara kondang Jakarta, Farhat Abbas. Dia pulang kampung untuk hadir di arena kampanye pasangan Nusa.

Di Bau-Bau tampil juga mantan Bupati Buton dua periode Saidoe dan para sesepuh Kraton Buton. Tampil pula dr Izat Manarfa, kakak kandung Wa Ode Maasara. Lebih heboh lagi karena ikut pula berorasi mantan Panglima Integrasi Timor Timur Eurico Guterres yang juga dijuluki simbol NKRI. Guterres adalah fungsionaris Dewan Pimpinan Pusat Partai Amanat Nasional.

Keistimewan lain, kedua episentrum ini adalah kandang lawan atau pesaing. Nur Alam menunjukkan kekuatannya mampu menyedot massa di sarang pesaingnya. Pesaing yang tidak bisa dianggap sepele oleh Nusa adalah pasangan Buhari/Amirul. Buhari masih menjabat sebagai Bupati Kolaka, sedangkan Amirul Tamim adalah Walikota Bau-Bau.

Kekuatan lain yang menopang suksesnya pasangan Nusa menggelar kampanye bermartabat di Pilkada Sultra 2012 adalah posisinya yang berstatus petahana (incumbent). Dia memang tidak menggunakan fasilitas negara, namun secara psikologis masyarakat Sultra tetap memandangnya memiliki banyak kelebihan karena dia adalah pejabat tertinggi di Sultra saat ini. Popularitas, gaya kepemimpinan egalitarian, tokoh yang dikenal dermawan, keberhasilan program pembangunan telah menciptakan kehangatan dan kedekatan figur Nur Alam dengan masyarakat.

Kampanye pasangan Nusa juga didukung sarana dan fasilitas yang lebih baik. Untuk mencapai titik-titik lokasi kampanye, Nusa dan jurkamnya menggunakan dua pesawat helikopter. Satu di antaranya merupakan heli berkelas dengan kapasitas kursi enam penumpang di luar pilot dan co-pilot. Kampanye Nusa juga diperkuat para artis cantik Ibukota. Mereka tampil menghibur masyarakat di setiap titik lokasi kampanye Nusa.

Salah satu atraksi kampanye yang membuat orang berdecak kagum adalah kampanye akbar di Kota Kendari. Ketika Nur Alam tampil berorasi, tercatat enam kali helikopter tipe BO-105 yang dipiloti Herman terbang melintas di atas Lapangan Benu-Benua memuntahkan ribuan stiker.

Kampanye di Benu-benua perlu diberi catatan tersendiri. Publik sebetulnya berharap Lapangan Benu-Benua akan menjadi episentrum paling panas dan spektakuler dari dari dua titik episentrum tadi. Pasalnya, lima tahun lalu tatkala Nur Alam masih sebagai penantang dalam Pilkada, Kota Kendari macet total alias lumpuh ketika ia menggelar kampanye akbar. Tidak ada calon lain termasuk Gubernur incumbent Ali Mazi yang mampu menyaingi kampanye akbar Nusa Jilid I tersebut.

Akan tetapi, kampanye Nusa II yang digelar tanggal 28 Oktober pengunjung tidak sepadat lima tahun lalu. Tampak sudut-sudut lapangan masih sangat longgar. Massa kiriman tiga kabupaten sekitar Kendari tampak kurang banyak. Keadaan itu patut dipertanyakan kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab. Kurang apa Nur Alam menyiapkan logistik dan segala sesuatunya?

Thursday, October 25, 2012

Jalan Poros Kabaena

MASYARAKAT Pulau Kabaena kini boleh merasa sedikit lega. Pasalnya, jalan poros yang membelah pulau itu telah diperbaiki dan dilebarkan hingga mencapai 20 meter. Keadaan itu memudahkan terjadinya mobilitas sosial. Namun, keberadaan prasarana jalan tersebut justru menjadi tantangan bagi masyarakat setempat. Mereka dituntut untuk menciptakan produksi yang melimpah sehingga kehadiran jalan raya tersebut memiliki arti ekonomi.



[caption id="attachment_169" align="aligncenter" width="640"]Jalan-Poros-Kabaena-dikerjakan-PT-Billy Jalan poros Kabaena dilebarkan. Pekerjaan itu merupakan bantuan PT Billy Indonesia kepada penduduk pulau itu. PT Billy adalah salah satu perusahaan yang beroperasi menambang nikel di Kabaena[/caption]
Kesulitan transportasi adalah masalah kronis bagi penduduk Kabaena. Selama pemerintahan Orde Baru yang berlimpahan dana pembangunan, kemudian di era reformasi hampir dua windu terakhir, masalah utama tersebut nyaris tak tersentuh.

       Ketika masih menjadi wilayah administrasi Kabupaten Buton, Kabaena hanya sesekali mendapatkan anggaran dari APBD Provinsi untuk penanganan prasarana jalan. Di masa jabatan Gubernur Ir H Alala pernah sekali dialokasikan untuk sekadar membentuk kembali badan jalan peninggalan Belanda itu. Lalu, di era La Ode Kaimoeddin terjadi dua kali penganggaran, yaitu di awal masa jabatan pertama dan di akhir masa jabatan kedua. Sasarannya sama, memelihara badan jalan. Walaupun badan jalan tersebut segera lenyap dibawa aliran air (runoff) begitu musim hujan tiba. Kesulitan transportasi kembali melumpuhkan mobilitas warga.

       Kini muncul harapan baru, kesengsaraan berkepanjangan bakal berakhir. Isyarat tersebut ditandai usaha perbaikan sekaligus pelebaran badan jalan. PT Billy Indonesia, salah satu perusahaan tambang nikel yang beroperasi di pulau itu dinilai masyarakat setempat sangat telaten mengerjakan jalan poros  di Kabaena. Bukit dan tebing digusur untuk melebarkan bahu jalan. Sebagian besar alat berat PT Billy dikerahkan untuk pekerjaan tersebut.

       Sayang sekali perusahaan itu tidak memiliki alat pemadat roda besi untuk memadatkan permukaan jalan sehingga tidak mudah tergerus air hujan. Pasalnya, PT Billy bukan kontraktor pembangunan jalan. Semua alat berat yang dimilikinya hanya untuk  membongkar dan mengeruk tanah nikel. Namun demikian, mereka dinilai bekerja secara serius dan profesional.

Panjang jalan poros Kabaena kurang lebih 100 km, tidak termasuk ruas yang menghubungkan beberapa desa di lereng Gunung Sangia Wita dan G. Watu Sangia sepanjang 22 km, serta jalan akses desa-desa eks-proyek permukiman transmigran di daerah pantai utara. PT Billy menangnai sekitar 64 km, selebihnya dikerjakan perusahaan (tambang) lain.

Perhatian PT Billy terhadap warga pulau tersebut harus diapresiasi. Kecuali pembangunan jalan poros yang menjadi urat nadi transportasi seluruh warga pulau, PT Billy juga membantu warga sekitar tambang terkait kebutuhan dasar seperti air bersih, jalan lingkungan, dan sebagainya. Bantuan tersebut jangan kaitkan dengan banyaknya produksi nikel yang telah, sedang, dan akan diekspor PT Billy dari pulau itu. Bijih nikel yang dikandung perut bumi Kabaena adalah milik negara. Aset itu ditambang setelah suatu perusahaan memenuhi kewajibannya kepada negara. Jadi tidak diambil begitu saja.

       Adapun perhatian dan bantuan kepada warga sekitar, itu adalah sebuah komitmen dan tanggung jawab sosial. Tujuannya adalah merangsang masyarakat untuk bergiat membangun dirinya dengan cara memanfaatkan potensi ekonomi yang melimpah di sekitarnya. Salah satu potensi itu adalah hamparan lahan pertanian yang masih sangat luas. Sementara lahan yang terolah (menghasilkan) masih sangat minim.

       Tujuan pembangunan jalan poros Kabaena bukan sekadar untuk memudahkan penduduk melakukan mobilitas sosial. Akan tetapi yang lebih penting adalah dengan pembangunan jalan poros itu diharapkan dapat mendorong dan membangkitkan semangat kerja keras penduduk Kabaena agar mampu menghasilkan komoditas pertanian secara besar-besaran, untuk diangkut melalui jalan poros itu.

       Perkembangan kondisi jalan poros Kabaena seperti yang terlihat sekarang, bagi saya justru memunculkan sebuah situasi yang paradoksal. Sarana kemudahan (infrastruktur) telah tersedia, namun kondisi sosial ekonomi penduduk setempat masih memprihatinkan. Di sisi lain, lahan pertanian yang belum terjamah di sekitar penduduk, terbentang cukup luas. Lahan itu dijamin bisa mendatangkan kemakmuran jika diolah dan ditanami jenis tanaman yang cocok. Boleh jadi penduduk Kabaena terkendala banyak hambatan sehingga selama ini mereka tidak mampu mengolah lahan pertanian secara maksimal. Hambatan itu perlu dikaji dan diberi solusi oleh pihak-pihak yang peduli, termasuk pemerintah.

       Elite masyarakat Kabaena sudah saatnya turun gunung memberi motivasi dan arahan warganya untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Pemerintah pun harus diberi masukan, jangan cuma pandai mengeritik apalagi menjelek-jelekkan. Momentumnya adalah pembangunan jalan poros yang telah dirintis PT Billy sejak tahun 2010 atas permintaan Gubernur Sulawesi Tenggara Haji Nur Alam SE. Pembangunan itu pasti akan dilanjutkan dengan pengerasan (lapisan sirtu/aspal) sehingga kondisinya akan semakin mantap. Pekerjaan lanjutan tersebut adalah tugas pemerintah. Namun, cepat tidaknya pemerintah menindaklanjutinya, akan sangat tergantung respons masyarakat. Jika masyarakat segera memperlihatkan aktivitasnya meningkatkan produksi dan produktivitasnya, maka pemerintah bisa segera mengaspal jalan poros itu.